Pengertian Makna

               Pengertian Makna
      Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
          Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

Profesi Pengajaran Mikro


 Pengajaran Mikro



             Guru (tenaga pendidik) yang efektif adalah mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam pendidikan. Keberhasilan pembelajaran yang efektif memuat dua tolok ukur yakni tercapainya tujuan dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efektifitas pembelajaran, Gadik harus menguasai berbagai ketrampilan dasar pembelajaran yang meliputi ketrampilan membuka dan menutup proses pembelajaran, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan bertanya, ketrampilan menggunakan variasi, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, ketrampilan mengelola kelas dan ketrampilan membimbing diskusi kecil.
          Untuk dapat menguasai berbagai ketrampilan dasar pengajaran dan pembelajaran tersebut maka Gadik perlu berlatih satu demi satu ketrampilan tersebut agar mendalami makna dan strategi penggu-naannya
pada proses pembelajaran. Ketrampilan dasar mengajar dapat diperoleh melalui pembelajaran mikro atau micro teaching. Oleh karena itu pembelajaran mikro  sangat diperlukan dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para gadik dapat sekaligus menjadi observer temannya sesama gadik, dengan harapan masing-masing gadik dapat saling memberikan koreksi dan masukan untuk memperbaiki kekurangan penguasaan ketram-pilan dasar dalam mengajar.

         Pengajaran mikro telah dipraktikkan secara meluas dalam  latihan keguruan di seluruh dunia sejak diperkenalkan di Stanford University oleh Dwight W. Allen, Robert Bush dan Kim Romney pada tahun 1950-an. Untuk dapat memahami micro teaching atau pembelajaran mikro bagi calon gadik, dikemukakan beberapa asumsi dasar yaitu:
1.  Pada umumnya guru tidak dilahirkan tetapi dibentuk terlebih dahulu.
2.  Keberhasilan seseorang menguasai hal-hal yang lebih kompleks ditentukan oleh keberhasilannya menguasai hal-hal yang lebih sederhana sifatnya. Dengan terlebih dahulu menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar, maka akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara keseluruhan yang bersifat kompleks.
3.  Dengan menyederhanakan situasi latihan maka perhatian dapat dilakukan sepenuhnya kepada pembinaan ketrampilan tertentu yang merupakan komponen kegiatan mengajar.
4.  Dalam latihan-latihan yang sangat terbatas, calon guru lebih mudah mengontrol tingkah lakunya jika dibandingkan dengan mengajar secara global yang bersifat kompleks.
5.  Dengan penyederhanaan situasi latihan, diharapkan akan memudahkan observasi yang lebih sistematis, obyektif serta pencatatan yang lebih teliti. Hasil dari observasi ini diharapkan dapat digunakan sebagi balikan calon guru tentang kekurangan yang dilakukan dan segera diketahui yang selanjutnya akan diperbaiki pada kesempatan latihan berikutnya.

       Merujuk pada beberapa asumsi dasar pengajaran mikro dapat dikemukakan beberapa pengertian pengajaran mikro sebagai berikut:

1. Pengajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memperbaiki ketrampilan yang lama.
2.  Pengajaran mikro adalah meto-de latihan yang dirancang sedemikian rupa dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses pengajaran sehingga calon gadik dapat menguasai ketrampilan satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.
3.  Micro teaching is effective method of learning to teach, oleh sebab itu micro teaching sama dengan teaching to teach dan atau learning to teach.
4.  Mengikut Micheel J Wallace pengajaran mikro merupakan pengajaran yang disederhana-kan. Situasi pengajaran telah dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan.

Berpijak pada asumsi dasar dan pengertian pengajaran mikro tersebut, maka dapat disampaikan beberapa ciri pengajaran mikro:

1.  Mikro dalam pengajaran mikro berarti pada skala kecil. Skala kecil berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya dan ketrampilannya.
2.  Mikro dalam pengajaran dimak-nai sebagai bagian dari ketram-pilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendal
     am dan teliti bagian demi bagian.
3.  Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon gadik harus membuat persiapan pembelajaran, rencana pem-belajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses belajar dan mengajar (PBM).
4.  Pengajaran mikro pada hakekatnya adalah belajar yang sebenarnya. Ditinjau dari praktikan, calon gadik akan belajar bagaimana melakukan pembelajaran sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat merasakan bagaimana gaya mengajar temannya dirasakan tepat dan tidaknya strategi pembelajaran yang dibuat.
5.  Pengajaran mikro bukanlah simulasi. Dalam situasi menga-jar teman sejawat, mereka tidak diperlakukan sebagaimana siswa didik akan tetapi mereka tetap menjadi teman yang sebenarnya dengan kedudukan sebagai siswa. Hal ini untuk menghindari perilaku teman sejawat yang dibuat-buat yang mengakibatkan tidak terkondisikan proses pembelajaran antar teman sejawat.
6.  Pengajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antar teman untuk dikoreksi dan diberikan masukan guna perbaikan atas kekurangan praktikan gadik.

Pengajaran mikro bertujuan membekali gadik beberapa ketrampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon gadik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon gadik dapat mengembangkan ketrampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai gadik. Memberikan kemungkinan calon gadik untuk mendapatkan bermacam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran.

Bagi supervisor calon gadik, metode ini akan memberikan penyegaran dalam program pendidikan. Gadik mendapatkan pengalaman mengajar pada calon gadik yang bersifat individual demi perkembangan profesi.

Ketrampilan dasar mengajar.

Sebagai gadik, penguasaan ketrampilan dasar mengajar menjadi salah satu persyaratan utama dalam proses pembelajaran disamping persyaratan yang lain. Ketrampilan dasar yang akan dipelajari adalah:

1.    Ketrampilan membuka dan menutup pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan kegiatan gadik dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembela-jaran yang meliputi; kondisi menciptakan suasana siap mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara gadik dengan peserta didik, menimbulkan perhatian peserta didik kepada apa yang akan dipelajari dalam hal ini dapat diawali dari situasi keseharian peserta didik sampai pada materi yang akan dipelajari. Menutup pelajaran merupakan kegiatan gadik mengakhiri kegiatan inti penga-jaran. Dalam mengakhiri pelajaran ini, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan gambaran menyeluruh semua materi yang telah dipelajari, mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap materi dan mengetahui tingkat keberhasilan gadik dalam proses belajar mengajar.
2.    Ketrampilan menjelaskan di-maknai sebagai ketrampilan gadik menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan dapat menunjukkan hubu-ngan antar materi yang telah dikumpulkan dan dikuasai serta disiapkan untuk disajikan. Selain dari itu penekanan memberikan pen-jelasan merupakan proses penalaran peserta didik dan bukan indoktrinasi.
3.    Ketrampilan bertanya adalah ucapan gadik secara verbal yang meminta respon dari peserta didik. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimba-ngan. Dengan demikian bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir peserta didik.
4.    Ketrampilan menggunakan va-riasi diartikan sebagai perbuatan gadik dalam konteks proses bela-jar mengajar yang be
rtujuan menga-tasi kebosanan peserta didik sehing-ga dalam proses belajar mengajar, peserta didik senantiasa menunjuk-kan ketekunan, keantusiasan serta berperan serta secara aktif.
5.    Ketrampilan memberi pengua-tan merupakan tingkah laku gadik dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu peserta didik yang memungkinkan tingkah laku tersebut terulang kembali.
6.    Ketrampilan mengajar kelom-pok kecil dan perorangan diartikan sebagai tindakan gadik dalam konteks proses belajar mengajar yang hanya melayani 3 – 8 orang peserta.
7.    Ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan gadik men-ciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengem-balikannya ke kondisi optimal jika terjadi yang dimungkinkan dapat mengganggu kegiatan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun mela-kukan kegiatan remedial.
8.    Ketrampilan membimbing dis-kusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.

Skenario Pengajaran Mikro
      
       Skenario pengajaran mikro dibuat dan dirancang langkah demi langkah. Hal ini agar dapat menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaannya untuk menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya pengajaran mikro. Secara garis besar skenario kegiatan pengajaran mikro dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu:

1.   Tahap pertama (tahap kognitif).
       Tahap pertama diharapkan praktikan sudah terbimbing memahami dan mendalami serta gambaran secara umum konsep dan makna ketrampilan dasar mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat, mensinergikan ketrampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana ketrampilan satu dan lainnya digunakan. Selain dari itu diharapkan praktikan dapat mensinergikan pengeta-huan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan ketrampilan dasar mengajar.

2.   Tahap kedua ini diharapkan praktikan secara nyata mempraktekan ketrampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktikan sudah berulang kali melakukan praktek akan mengetahui kekurangannya pada ketrampilan yang mereka belajar untuk dikuasai dan terampil menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini praktikan sudah dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang dipersyaratkan bagi guru/gadik yang profesional di masa mendatang.
 3.    Tahap ketiga (tahap balikan).      
Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktikan dengan mem-pelajari hasil dari observasi teman sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan mengajar praktikan. Para rekan sejawat akan memberikan penilaian berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan praktikan yang selanjutnya akan didiskusikan dan sebagai bahan untuk memperbaiki kinerja sebagai gadik yang profesional.
 
Copyright © 2009 Subdit Pullahta Ditrena Kobangdikal Phone : 031 3293321-26 Ext: 230 e-mail setlemkodikal@yahoo.com Bumimoro Perak - Surabaya

Manfaat Pembelajaran Micro Teaching
Pengajaran mikro bertujuan membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek pendidikan di sekolah/lembaga/klub. Keterampilan dasar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah:



a. Menemukan tingkah laku calon pengajar dan memperoleh umpan balik sebagai hasil supervisi.

b. Menemukan dan melengkapi pengajaran yang sifatnya dinamis dalam proses belajar mengajar.

c. Menemukan model–model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi untuk mencapai tujuan latihan keterampilan.





Menurut Dwight Allen, tujuan pembelajaran mikro adalah :

a. Bagi siswa calon guru
1) Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
2) Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya.
3) Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam–macam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan.

b. Bagi guru
1) Memberikan penyegaran dalam program pendidikan
2) Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya.
3) Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranatan pendidikan.

Sedangkan fungsi pengajaran mikro adalah :



a. Mahasiswa calon guru memperoleh umpan balik atas penampilannya dalam pembelajaran. Umpan balik ini berupa informasi kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat dipertahankan atau ditingkatkan, sedangkan kekurangannya dapat diperbaiki sehingga keterampilan dasar pembelajaran dapat dikuasai oleh mahasiswa.

b. Memberi kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai calon guru.



Hal yang paling mudah diamati ketika mahasiswa calon guru mengadakan latihan pembelajaran pada pengajaran mikro ini adalah performance. Hal itulah yang biasanya dikembangkan dalam pengajaran mikro. Performance (penampilan, kinerja) adalah penampilan seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama terhadap seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance). Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulang–ulang dalam pengajaran mikro, performance mahasiswa calon guru diharapkan akan menjadi perilaku (behavior). Jadi dapat dikatakan bahwa pengajaran mikro merupakan arena melatih performance.

Performance dapat dibedakan dalam beberapa tingkat (level) :
Tingkat 1 : Imitating (menirukan), duplicating (mengadakan duplikasi), repeating (mengulang).
Tingkat 2 : Seperti pada tingkat 1 ditambah recognizing (mengenal), identifying (mengidentifiksi), remembering (mengingat kembali), recalling dan classifying.
Tingkat 3 : Tingkat 2 ditambah comparing (membandingkan), relating (menghubungkan), reformulating (merumuskan kembali), illustrating (membuat ilustrasi).
Tingkat 4 : Tingkat 3 ditambah dengan explaining (menjelaskan), justifying (memutuskan hal yang benar), predicting (meramal), estimating (memperkirakan), interpreting (mengadakan interpretasi), making critical dan menarik kesimpulan.
Tingkat 5 : Tingkat 4 ditambah creating (mencipta), discovering (menemukan), organizing (menyusun kembali), formulating new hypothesis (menyusun hipotesis baru), formulating new question, formulating new problems.

Model pengajaran mikro yang dilaksanakan di program studi kependidikan pada umumnya adalah peer pengajaran mikro. Pada model ini teman sebaya mendudukkan diri sebagai siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga juga sering disebut sebagai simulasi pengajaran mikro. Berdasarkan pengamatan selama ini peer pengajaran mikro berlangsung dengan suasana yang sangat berbeda dalam suasana pembelajaran yang sesungguhnya.

Berdasarkan hal itu, teman sebaya sebagai model siswa harus mampu menunjukkan performance sebagai siswa sasaran praktek pengajaran mikro. Hal yang dilakukan oleh model siswa antara lain:

• Suasana kelas tidak harus “mencekam”.

• Memberikan jawaban atas pertanyaan model guru kadang tidak sempurna, dan bahkan harus menyatakan tidak dapat menjawab jika memang pertanyaan guru tidak logis atau menyimpang dari konsep yang dipelajari. Kadang kala jawaban siswa sengaja tidak sempurna, agar dapat diketahui respons guru terhadap jawaban siswa yang tidak sempurna.

• Berinisiatif untuk menunjukkan respon yang berlebihan bahwa ia lebih mampu di antara teman – temannya.

Unsur Unsur Puisi


Unsur-unsur Puisi

            Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.

       Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1)   Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

(4)   Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Lirik Lagu Pesawat Tempur


Iwan Fals - Pesawat Tempur

Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur

Hei... kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona, sebentar saja hanya sebentar

Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak

Kalau saja aku bukanlah sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak, bilang saja iya...
Iya lebih baik daripada kau menangis

Penguasa...penguasa...
berilah hambamu uang
Beri hamba uang 2x

Oh.. ya andaikata dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh...ya andaikata tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya

Oh... ya andaikata dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
Westerling pun tersenyum

Oh... singgahlah sayang ...pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku

;;