Herpetofauna dan Penghematan Air Pada Amfibia

1. Herpetofauna


       Setiap jenis ekosistem mengandung suatu populasi yang khas disebut bioma. Bioma darat merupakan perwakilan bioma yang paling kompleks dalam setiap wilayah. Bioma-bioma kompleks dihasilkan melalui proses kehidupan. Proses lengkap disebut siklus (Mader, 1995).

Hewan-hewan berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya dalam pencarian makanan atau karena perubahan dalam faktor-faktor abiotik lingkungan. Banyak penghuni pohon berpindah antara tingkat pertunasan ke tingkat-tingkat yang lebih tinggi. Beberapa hewan yang dapat memanjat pohon tidak pernah benar-benar terteduh di bawah pohon, namun hidup tepat diatas tanah (Michael, 1995).

Hutan hujan terbesar terdapat di lembah Amazon di Amerika Selatan tetapi ada juga di kawasan Afrika dan Indomelayu. Kawasan itu selalu panas (antara 20­0C dan 250C) dan hujannya lebih banyak (melebihi dari 200 cm setahun). Karena itu hasil produksi hutan sAngat tinggi. Keanekaragaman spesies dan dan kondisi tanah yang sangat subur merupakan ciri khas bioma ini. Mayoritas hewan hidup di atas pohon seperti ipacai, iagoutii, ipeccariaesi, trenggiling dan icoatimundii. Burung seperti merpati parakeets, kakaktua, dan toucan memiliki warna bulu yang indah. Ambifi dan reptil juga ada seperti ular, katak, cicak. Lemur dan sloth merupakan primata yang hidup di pohon tetapi yang banyak terdapat ialah  monyet. Monyet sekarang memiliki ekor yang dapat memegang dan mencengkram dan dapat membantunya hidup di pohon (Mader, 1995).

Hewan-hewan dalam suatu komunitas tidak terlalu mudah diambil sampelnya seperti tanaman karena mobilitas dan keanekaragamannya. Di antara komunitas tumbuhan, kehidupan hewan memperlihatkan stratifikasi (Michael, 1995).

2.1.2 Penghematan Air pada Amfibia

            Amfibia merupakan kelompok vertebrata pertama yang menempati lingkungan daratan dan tanpa mekanisme pengaturan untuk memelihara suatu keseimbangan air garam. Vertebrata yang terakhir sudah mengembangkan  kulit ari yang kuat, telur-telur dengan cairan amnion, mengguankan air metabolik dan ginjal-ginjal yang lebih efisien sehingga membedakan mereka dari lingkungan perairan dengan memperbaiki kemampuan  mereka  menghemat  air di  lingkungannya  pada saat  kesulitan air (Michael, 1995).

2.3 Adaptasi secara Morfologi pada Hewan-hewan terhadap Habitat Berbeda

Adaptasi mengarah pada perbedaan dan persamaan antara makhluk-makhluk hidup. Perbedaan antara makhluk-makhluk hidup terjadi karena persaingan untuk makanan, tempat bersarang dan ruang hidup. Pada saat dua jenis makhluk hidup menempati tempat yang sama, persaingan dapat mengakibatkan pengurangan atau menghilangnya salah satu karena yang lainnya. Keadaan yang tidak mengarah pada pengurangan dari salahsatu spesies yang sedang bersaing sering terjadi di alam. Hilangnya salah satu dari beberapa bentuk ini di hambat oleh sedikit keragaman dalam tempat yang secara ekologi sama, yang ditempati  oleh suatu spesies (Michael, 1995).

2.4 Reaksi-reaksi secara Fisiologis

            Peranan suatu individu di dalam sebuah komunitas diatur oleh kegiatan-kegiatan fisiologisnya. Beragam faktor lingkungan menyebabkan pengaruh-pengaruh secara bersama-sama dan khas terhadp kegiatan-kegiatan ini. Hewan-hewan dan tanaman-tanaman yang berbeda memperlihatkan efisiensi tertinggi atau terendah dalam menggunakan suatu lingkungan. Tahapan kegiatan fisiologis yang menyenangkan membuat mereka lebih beradaptasi terhadp suatu lingkungan dibandingkan dengan lainnya. Pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu seperti suhu, kelembaban, konsentrasi oksigen, kadar garam, pH terhadap kegiatan hewan dapat dengan mudah ditentukan di laboratorium. Penelitian analisis si man pengaruh faktor-faktor tunggal diteliti dan diukur merupakan hal yang perlu untuk suatu pemahaman yang lebih baik mengenai perlakuan-perlakuan suatu makhluk hidup yang bersifat menekan di dalam habitatnya      (Michael, 1995).

2.5 Ordo crocodylia

       Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput. Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang
lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik.

2.6 Ordo Squamata

Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu :
1. Subordo Lacertilia/ Sauria
2. Subordo Serpentes/ Ophidia
3. Subordo Amphisbaenia
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993)

2.7 SUBORDO LACERTILIA/ SAURIA


Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya sp (Zug, 1993).
Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.


2.8 Amphibia

       Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)




         BY : RITA SUSANTI