Pteridophyta
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Seperti warga divisi-divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakannya tumbuhan paku yang utama adalah spora. Tumbuhan paku yang biasa tergolong ke dalam generasi sporofit, sebab berkembang baik secara aseksual dengan cara spora haploid yang dihasilkan oleh meiosis. Oleh karena itu, secara morfologi individu tumbuhan paku dapat disamakan dengan kapsul spora lumut hati atau lumut daun. Spora–sporanya dihasilkan dalam kotak spora yang disebut sporangium. Seperti halnya pada beberapa trakeofita, sporangium terletak di daun yang disebut sprofil. Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih-lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis-jenis paku yang amat kecil dengan daun-daun yang kecil pula dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 meter atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi samapai 30 meter dengan garis tengah batang atau berdiameter batang sampai dengan 2 meter (Tjitrosoepomo, 1981).
Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan vaskular tanpa biji yang paling sukses pada zaman modern. Ada sekitar 10.000 spesies yang ada sekarang dan yang telah punah. Paku-pakuan ini banyak dijumpai di daerah beriklim tropik dan sedang. Paku-pakuan ini biasanya membutuhkan lingkungan lembap utuk hidupnya. Tumbuhan yang termasuk ke dalam tingkatan organisme. Pteridophyta memperilahatakan pergiliran turunan yang tidak sama, tetapi berbeda dengan Bryophyta. Diploid atau generasi sporofit yang menonjol dan merupakan tumbuhan seperti pada umumnya. Sprorofit tumbuhan memiliki sistem pembuluh yang berkembang baik dengan jaringan xilem dan floem yang berbeda, dan karena itu secara potensial mampu mencapai ukuran yang jauh lebih besar daripada gametofit briophyta. Paku-pakuan mempunyai siklus hidup haploid dan diploid. Spora paku-pakuan yang haploid berasal dari tumbuhan matur yang berkembang menjadi tumbuhan gametofit kecil. Gametofit menghasilkan sperma dan telur. Paku-pakuan membentuk kumpulan spora dibawah daunnya dengan letak dan ukuran serta warna yang berbeda setiap tumbuhan paku dan akhirnya mengeluarkan gametofit baru (Bresnick, 2003).
Tumbuhan paku telah memiliki organ tubuh seperti akar, batang, dan daun yang sesungguhnya. Sehingga, tumbuhan ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok kormofita sejati. Namun, tumbuhan paku tetap merupakan tumbuhan tingkat rendah, karena belum mampu menghasilkan biji. Tumbuhan paku umumnya hidup di darat yang basah atau lembap. Hanya beberapa jenis saja yang hidup di air. Tumbuhan paku telah memiliki klorofil, sehingga bersifat autotrof. Tumbuhan paku banyak dijumpai di daerah tropis hingga daerah beriklim sedang. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Ujungnya dilindungi oleh kaliptra yang tersususun atas sel-sel yang bentuknya berbeda dengan akar. Pada titik tumbuhnya terdapat sel pemula berbidang empat yang dapat membelah keempat arah bidang sisinya. Sel-sel akar ini akan membentuk jaringan akar. Batang paku umumnya berupa akar tongkat atau rhizoma, kecuali beberapa spesies yang memang telah memiliki batang sesungguhnya, seperti paku tiang. Pada rhizoma terdapat sisik-sisik dan sisa-sisa tangkai daun yang tidak terlepas. Rhizoma tumbuh mendatar di bawah atau di atas permukaan tanah. Daun tumbuhan paku berwarna hijau, karena sel-selnya mengandung banyak klorofil. Ukuran, bentuk, dan anatomi daun paku sangat bervariasi. Berdasarkna ukurannya, daun paku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu daun kecil atau mikrofil dan daun besar atau makrofil (Tjitrosoepomo, 1981).
Menurut Tjitrosoepomo, (1981).Berdasarkan fungsinya, daun paku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sporofil dan tropofil. Sporofil adalah daun yang berfungsi untuk menghasilkan spora, sedangkan tropofil adalah daun yang berfungsi untuk sebagai penyelenggara asimilasi. Pada sporofit dewasa ditemukan sporofil yang mempunyai bintil-bintil berbentuk bulatan berwarna kuning, cokelat, atau kehitam-hitaman. Bintil-bintil itu disebut sorus, yaitu tempat berkumpulnya kotak spora atau sporangium. Biasanya letak spora terdapat dipermukaan bawah daun. Bentuk dan letak spora ini beranekaragam bergantung pada jenisnya. Bahkan kedudukan dan letak spora ini digunakan untuk menyusun klasifikasi tumbuhan paku. Letak dan kedudukan spora ini tersebut misalnya, disepanjang tulang daun, disepanjang tulang-tulang cabang daun, di sepanjang tepi sporofil, merata pada sisi bawah daun, di ujung tulang daun, dan di ujung daun sebelah bawah. Dan ditinjau dari jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan atas tiga, antara lain:
a. Paku homospor atau isospor adalah jenis paku yang menghasilkan satu jenis spora yang sama besarnya. Contohnya adalah paku kawat atau Lycopodium sp.
b. Paku heterospor adalah paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda ukurannya. Spora yang besar disebut makrospora berkelamin betina, sedangkan spora yang kecil atau mikrospora berkelamin jantan. Contohnya adalah paku rane atau Sellaginela atau semanggi atau Marsilea.
c. Paku peralihan antara paku homospor dan paku heterospor. Pada paku ini adalah spora yang dihasilakan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, tetapi sebagian berkelamin jantan dan sebagian lagi berkelamin betina. Contohnya adalah paku ekor kuda atau Equisetum.
Label: Pteridophyta, Tubuhan Paku
Pengertian tentang Pteridophyta
2011-12-07T06:16:00-08:00
Rytha Teguh Aza
Pteridophyta|Tubuhan Paku|
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)