Pewaris Kloroplas



Pewarisan Kloroplas

          Dalam tahun 1890 Carl Cornes untuk pertama kali mempelajari pewarisan sitoplasmatis pada tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa var. albomaculata). Pada tanaman ini dapat dibedakan tiga macam cabang, yaitu cabang berdaun hijau, cabang berdaun belang hijau putih, dan cabang berdaun putih. Warna hijau dun disebabkan oleh kloroplas yang mengandung klorofil. Sel-sel di bagian yang putih hanya mengandung proplastida mutan yang tidak memiliki klorofil. Untuk hidupnya, jaringan yang berwarna putih menerima zat makanan dari bagian yang berwarna hijau. Apabila embrio tanaman memiliki campuran dari kloroplas normal dan proplastida mutan, maka sel-sel yang pada pembelahan sel menerima kloroplas normal akan tumbuh menjadi bagian berwarna hijau. Sel-sel lainnya yang menerima proplastida mutan saja akan tumbuh menjadi bagian yang putih. Hasil percobaan Correns macam persilangan yang dilakukan dapat diketahui bahwa fenotip dari keturunan tergantung dari fenotip induk betinanya. Induk jantan (yang member pollen) sama sekali tidak berpengaruh. Berhubung dengan itu, persilangan resiprok menghasilkan keturunan yang berlainan fenotipnya, sebagai contoh sel telur pada cabang hijau x pollen pada cabang putih menghasilkan keturunan yang semuanya berwarna hijau. Sel telur pada cabang putih x pollen pada cabang hijau menghasilkan keturunan yang semuanya berdaun putih. Tanaman yang hanya berdaun putih akan segera mati setelah bijinya berkecambah karena tidak memiliki klorofil sehingga tak dapat berasimilasi (Suryo, 1983).

Gerakan Kromosom

              Pada penjelasan tentang pembelahan selm telah dikemukakan bahwa pada umumnya setiap pembelahan sel dimulai dengan pembelahan intinya, kemudian disusul dengan pembelahan sel/plasmanya. Pada waktu pembelahan inti ini susunan dari kromosom mengalami perubahan dan mengadakan gerakan-gerakan. Penyelidikan selanjutnya pada sel-sel hidup (masih aktif) dengan menggunakan cahya biasa ternyata bahwa gelendong inti selalu serba sama (homogen), tidak mempunyai fibril atau benang-benang halus. Beberapaahli botani telah mengadakan penyelidikan sekitar maslah ini, antarnaya: 1.Chambers, tentang hubungan fibril dengan kutub. Penyelidikan yang dilakukannya menggunakan cara microdisection (menggunakan semacam jarum yang halu), ternyata bahwa hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa kromosom-kromosom tersebut sesungguhnya tidak dihubugkan oleh benang-benang halus dengan kutub-kutubnya. 2.Marteus, tentang gelendong inti, penyelidikannya tertuju pada struktur benang-benang halus (fibril) dalam gelendong inti. Menurut hasil penyelidikannya ternyata bahwa struktur serabut (benang-benang halus) itu baik dalam geledong inti dan juga dalam sel-sel berada pada bagian yang paling luar (di mana cairan fiksasi sesungguhnya pada bagian ini dapat meresap paling cepat) adalah tidak terlihat. Dengan demikian maka ia mengemukakan anggapan, terdapatnya benang-benang halus atau struktur fibril dalam gelendong inti merupakan suatu penyimpanan dari ketentuan (Sutrian, 1992).


BY : RITA SUSANTI